Saturday, December 10, 2016

3 WNI Ditembak Mati Polisi Malaysia, Ini Penjelasannya


Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Lalu Muhamad Iqbal mengatakan polisi Malaysia terpaksa menembak warga negara Indonesia karena membahayakan.

"Seluruh WNI yang tewas ditembak di Malaysia, adalah residivis yang membahayakan nyawa polisi," kata Lalu Muhammad Iqbal, di Lombok Barat, Jumat.

Hal itu dikatakan pada acara pelatihan sekaligus membedah kasus penanganan WNI terindikasi atau korban perdagangan orang bagi unsur penegak hukum dari provinsi NTB, Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Timur. Tiga provinsi itu merupakan daerah asal WNI yang paling banyak terindikasi atau korban perdagangan orang di luar negeri.

Iqbal mengatakan, beberapa WNI yang tewas ditembak di Malaysia sepanjang 2016 berasal dari dua provinsi, yakni NTB dan Palembang, Sumatera Selatan.

Ia menambahkan, para WNI yang ditembak hingga tewas memiliki catatan kriminal yang sudah dipegang oleh kepolisian di Malaysia.

Polisi Diraja Malaysia juga melakukan penembakan hingga tewas karena tidak memiliki standar operasional prosedur (SOP), seperti polisi Indonesia. Misalnya, harus memberikan tembakan peringatan ke udara, menembak kaki jika melarikan diri dan menembak bagian badan yang tidak mematikan jika terjadi perlawanan.

"Kami sudah bertemu dengan kepolisian Malaysia. Dari pertemuan itu lah diketahui alasan penembakan, yakni tidak ada SOP dan WNI yang ditembak adalah residivis yang membahayakan," ujarnya dikutip antara.

Menurut keterangan dari kepolisian Malaysia, kata Iqbal, WNI yang ditembak melakukan perampokan. Ketika aparat akan melakukan penangkapan, para WNI yang diduga sebagai pelaku tidak segan-segan melakukan perlawanan menggunakan senjata tajam.

"Orang NTB dianggap hebat-hebat di Malaysia. Bahasa polisi Malaysia, mereka bawa parang bahkan sudah ada polisi mati. Makanya polisi Malaysia tidak mau ambil risiko, begitu ketemu residivis yang berbuat kriminal langsung tembak," katanya.

Alasan penembakan polisi Malaysia tersebut, kata dia, disampaikan ke Pemerintah Provinsi NTB pada saat pembukaan acara pelatihan.

"Kami memang menerima surat yang ditandatangani Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin, terkait dengan permintaan alasan penembakan warga NTB di Malaysia. Jadi saya mendapat disposisi dari ibu menteri untuk memberikan jawaban," ujar Iqbal.

Menanggapi jawaban dari Kemenlu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB H Wildan masih menginginkan agar Kemenlu menindaklanjuti kasus penembakan sejumlah warganya hingga tewas di Malaysia.

"Sesuai dengan permintaan, kami ingin tahu apa persoalan sebenarnya. Jangan orang NTB walaupun dia ilegal ditembak semaunya. Dia kan manusia yang patut dihargai, perlakukan secara manusia," katanya.

Jika polisi Malaysia, kata dia, melakukan penembakan sesuai prosedur dan tidak sampai menewaskan, maka kemungkinan bisa diketahui latar belakang warga NTB yang tewas tersebut.

"Kalau dia (warga NTB) dilumpuhkan dan masih hidup, bisa diketahui apa persoalannya. Siapa tahu dia mendapat perlakuan tidak baik di Malaysia, atau seperti apa. Kalau dia salah, tidak masalah. Tapi ini kan belum jelas masalahnya," ujarnya.

Pemprov NTB, kata Wildan, berterima kasih kepada Kemenlu yang telah mengurus para jenazah warga NTB yang tewas ditembak di Malaysia. Bahkan, ada yang jenazahnya dipulangkan dengan biaya dari negara.

Namun semua itu tidak menyelesaikan masalah. Sebab, yang diinginkan adalah substansi dari kehadiran negara membela WNI di luar negeri.

"Kami tidak ingin kasus penembakan hingga tewas terulang kembali. Makanya kami minta Kemenlu menindaklanjuti kasus tersebut di Malaysia. Jangan semau-maunya memperlakukan warga NTB yang mencari kerja di Malaysia," katanya.

Seperti diketahui, tiga orang warga NTB asal Kabupaten Sumbawa, dilaporkan tewas ditembak oleh polisi Negeri Sembilan, Malaysia, pada September 2016.

Ketiga jenazah warga NTB yang masuk ke Malaysia secara ilegal tersebut akhirnya dimakamkan di Malaysia, karena pihak keluarga tidak sanggup membayar biaya pemulangan.

Kasus penembakan empat warga NTB hingga tewas oleh polisi di Malaysia, juga terjadi pada Juni tahun 2016. Keempat jenazah korban tiba di kampung halamannya pada 12 Juni tahun 2016. [arah.com]

0 comments

Post a Comment