Tuesday, November 8, 2016
SDN 2 Bedingin Ponorogo Yang Kini Tinggal Kenangan
Ponorogo - Sekolah pinggiran di Ponorogo satu per satu tutup. Kalah saing? iya. Sudah begitu, tidak ada tindakan dari Dinas Pendidikan (Dindik) Ponorogo dengan adanya sekolah swasta baru.
Tak hanya terjadi di Slahung, nasib menyedihkan SD pinggiran juga terjadi di wilayah Sambit. Sekolah yang harus menerima kenyataan harus gulung tikar yakni SDN 2 Bedingin. Sekolah tersebut terpaksa harus tutup mulai tahun ajaran baru Juli lalu. Permasalahannya sama. Sudah tidak ada lagi siswa baru yang mendaftar.
Penyebabnya beragam. Mulai suksesnya program keluarga berencana (KB), sifat pilih-pilih orang tua terkait lembaga pendidikan, hingga masalah sumber daya manusia (SDM) yang minim. "Hanya ada 13 siswa. Delapan duduk siswa kelas VI dan lima anak di kelas V. Selain itu tidak ada," kata mantan petugas kebun SDN 2 Bedingin, Sayid Sirojudin Ahmad, memulai perbincangan kepada beritajatim.com, Selasa (8/11/2016).
Sayid menambahkan, mantan sekolah tempatnya bekerja tersebut kali terakhir mendapat siswa baru pada tahun ajaran 2011/2012 . Saat itu, hanya seorang siswa yang mendaftar di kelas I. Pihak sekolah akhirnya menyarankan siswa yang bersangkutan untuk memilih sekolah lain.
Sejak penolakan itu, lanjut dia, sudah tidak ada lagi yang mendaftar. Praktis, tahun ini SDN tersebut tidak memiliki siswa di kelas 1 sampai kelas IV. Sayid menyebut, secara geografis letak SDN 2 Bedingin berada disisi barat daya wilayah desa. Bahkan, berbatasan dengan Kecamatan Bungkal. Sedangkan jumlah penduduk di kawasan sekolah hanya sekitar seratus kepala keluarga (KK).
Namun, jumlah anak-anak usia SD sudah nyaris tidak ada. Kebanyakan penduduk berada di sisi timur jalan desa. Itu berarti siswa harus menyeberang lantaran letak sekolah berada di sisi barat. Muncul kekhawatiran orang tua jika anaknya harus menyeberang jalan antar kecamatan tersebut.
"Dulu pernah ada upaya sebagian siswa SDN 1 Bedingin dipindahkan ke SDN 2 Bedingin. Tapi wali murid menolak karena khawatir jika harus menyeberang," jelasnya.
Selain itu, kondisi sekolah menjadi alasan tersendiri. SDN 2 Bedingin berada dekat sendang yang saat ini dikelola desa. Sendang, kerap digunakan anak-anak bermain. Padahal, kubangan itu cukup luas dan airnya sangat dalam. Selain itu, kondisi sekolah juga cukup memprihatinkan.
Tidak seperti sekolah kebanyakan. Banyak ditumbuhi pohon bambu. Pemandangan seram mengemuka karena ada pohon bambunya Apalagi, Sayid mengaku santer mengemuka cerita mistis di mantan sekolahnya itu. "Orang tua saat ini sudah cukup kritis terkait mutu pendidikan. Mereka banyak mengarahkan anaknya bersekolah dengan basik pendidikan agama yang bagus,’’ terang pria 29 tahun itu.
Orang tua sudah merencanakan sekolah terbaik untuk anaknya sejak sebelum masuk SD. Kebanyakan memilih sekolah swasta. Sayid mengakui kualitas sekolah swasta jauh lebih baik. Bahkan, berani diadu dengan siswa di SD mantan tempatnya bekerja tersebut. Tak urung, begitu siap masuk SD kebanyakan ogah melanjutkan ke SDN 2 Bedingin.
Kebanyakan memilih di SDN 1 Bedingin dan sekolah pondok. Bahkan, ada yang memilih sekolah keluar desa hingga kecamatan. "Kebetulan TK Dharma Wanita Desa Bedingin berada satu komplek dengan SDN 1 Bedingin. Jadinya secara otomatis menuruskan di sana (SDN 1 Bedingin, Red)," ungkapnya.
Karena itu lah, muncul regrouoping. Ketigabelas siswa yang masih bertahan dipindahkan ke SDN 1 Bedingin. Sedang, guru PNS dipindahkan ke sekolah lain. Sayid mengaku hanya ada empat guru PNS dan seorang tenaga sukwan (sukarelawan). Kebetulan dua PNS pensiun tahun ini.
Sisanya dipindahkan ke sekolah lain. Sedang dirinya terpaksa menjadi tenaga pembantu di kantor desa setempat. "Sebenarnya kalau soal prestasi sekolah ini (SDN 2 Bedingin, Red) cukup bagus dulunya. Pernah mewakili kabupaten ke luar daerah lomba seni," ujarnya.
Namun karena kesulitan masalah dana. Bakat dan minat siswa yang seharusnya terasah harus terpendam.
Sementara, salah satu mantan siswa SDN 2 Bedingin, Muhammad Ridwan, angkat bicara. Mantan siswa kelas IV SDN 2 Bedingin tersebut mengaku lebih senang bersekolah di sekolahnya yang sekarang ditutup tersebut.
Dia beralasan lebih tenang dan lebih nyaman. Dia terpaksa dipindahkan di SDN 1 Bedingin sekarang. Diakuinya butuh penyesuaian. Selain lingkungan baru, semua pengajarnya juga baru. Iwan –sapaan Muhammad Ridwan- menyebut sekolahnya sekarang juga cukup jauh. Hampir sekilometer. "Lebih enak di sini. Dekat soalnya," ujarnya polos. [mit/suf/beritajatim]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Paling Dilihat
-
Berita Upah TKI Taiwan Terbaru - Pemerintah Taiwan lewat Kementrian Tenaga Kerja Taiwan telah menetapkan upah minimum baru bagi Buruh M...
-
Berita TKI Taiwan Stop Aniaya Kucing Dan Anjing - Bagi TKI Taiwan aturan baru ini harus benar-benar diketahui, salah-salah malah mendapa...
-
Berita TKI - Setiap TKI yang berada di Taiwan wajib pegang ARC atas nama sendiri. Kalau di Indonesia ARC hampir sama dengan KTP. Nah k...
0 comments
Post a Comment