Berita Ponorogo - Tragis, penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Ponorogo terus bertambah. Kasus penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Total, sebanyak 450 orang Ponorogo terjangkit HIV sampai kini. Sekitar 300 di antaranya sudah disertai penyakit penyerta atau biasa disebut Aids.
Baca Juga:Adegan Anak SD Ini Bikin Heboh Dan Harus Dibina Sungguh-Sungguh"Dari data tersebut, 150 di antaranya menininggal. Dan semuanya warga Ponorogo," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ponorogo, Rahayu Kusdarini, Minggu (4/12/2016).
Rahayu mengatakan kasus HIV Aids juga seperti fenomena gunung es. Mereka yang terjangkit tetapi belum terdata pastinya lebih banyak lagi.
Dan trendnya cenderung naik. Rahayu mengaku trendnya yang naik menjadi tugas untuk menemukan mereka sedini mungkin agar penyebaran tidak terus meluas.
Bahkan, temuan baru kasus HIV meningkat saban tahunnya. Data yang dihimpun, sebanyak 23 kasus baru di 2013. Jumlah tersebut meningkat menjadi 52 temuan baru setahun kemudian. Temuan kembali melonjak di tahun berikutnya.
Sebanyak 97 kasus baru ditemukan sepanjang 2015. Sedang, tahun ini tercatat 77 kasus hingga September lalu. Dia mengaku temuan baru masih dimungkinkan bertambah. Pihaknya sengaja turun gunung mensosialisasikan HIV Aids kepada masyarakat.
Tujuannya, agar penderita segera terdeteksi sedini mungkin. ‘’Kami berharap masyarakat yang merasa perlu melakukan deteksi HIV bisa datang memeriksakan diri,’’ ungkapnya sembari menyebut pemeriksaan HIV gratis.
Dia menambahkan, usia penderita HIV sekarang lebih variatif. Bukan hanya kisaran usia produktif. Temuan HIV di Ponorogo sudah menjangkiti balita hingga manula. Hal itu cukup masuk akal melihat cara penularan yang beragam.
Selain, dari hubungan seks dan jarum suntik serta tato, penularan juga dapat terjadi melalui air susu ibu. Irin menyebut, ibu yang terjangkiti virus HIV kemungkinan besar bakal menularkan kepada anaknya jika menyusui. Ibu yang sakit sebaiknya menghindari pemberian ASI. Sebaliknya terpaksa mengganti dengan susu formula.
"Penularan kepada balita cukup mungkin terjadi karena kasus HIV pada ibu rumah tangga juga cenderung meningkat,’’ ujarnya.
Namun, pihaknya tidak dapat sembarangan melakukan pemeriksaan. Dia mengaku pemeriksaan hanya sekedar ajakan. Selain itu, penyuluhan juga terus digencarkan. Irin berharap kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri semakin besar.
Terutama mereka yang beresiko tinggi. Apalagi pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) sudah dapat dilaksakanan di Puskesmas. Irin menjamin kerahasian hasil tes. ‘’Sebelum menular ke orang lain dan sebelum timbul penyakit penyerta sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan,’’ pungkasnya. (mit/kun/berita jatim)
0 comments
Post a Comment