Kali ini longsor terjadi di Ngadirojo, Sooko. Longsor membuat tiga rumah terdampak. Tidak hanya itu, longsor juga menyebabkan akses penghubung dua dusun di Ngadirojo terputus.
"Tanda-tanda longsor sudah ada mulai beberapa hari lalu. Suara gemuruh tanah akan longsor sudah mulai terdengar sejak Kamis (17/11/2016) malam," ungkap pemilik rumah yang diterjang longsor, Tumiran(46), Sabtu (19/11/2016).
Selain itu, lanjut dia, sejak Kamis siang, hujan mengguyur Ngadirojo. Dan hingga sekitar pukul 18.30 tak kunjung reda. Karena cuaca buruk itu, Tumiran mulai waswas.
Dia dan keluarganya berjaga-jaga meski hujan sudah sempat reda. Memasuki tengah malam, mulai terdengar suara gemuruh tanda gerakan tanah dari bukit di belakang rumahnya.
Tinggi lereng bukit mencapai 15 meter. Sementara di atas bukit, tumbuh banyak pohon besar. Kekhawatiran Tumiran terbukti.
Rumahnya hancur lebur terkena longsor. Beruntung, saat kejadian Tumiran dan tiga anggota keluarganya berdiam di halaman depan rumah lantaran sudah khawatir sebelumnya.
Material longsor cukup besar dan mengubur dapur rumah Tumiran. Beruntung, material longsor dapat berhenti sebelum sampai mengubur seluruh bangungan rumah. "Kerugiannya ya jutaan. Namun yang terpenting keluarga saya baik-baik saja," terangnya.
Tidak hanya menyikat rumah Tumiran, longsor juga menyebabkan rumah milik Suyono (45) dan Yayuk (32). Sama seperti yang dialami Tumiran, bagian rumah milik keduanya yang dihajar longsor juga dapur.
Rumah Tumiran, Suyono, dan Yayuk, berdekatan. Jarak antara ketiga rumah sekitar sepuluh meter. Bedanya, kerugian yang dialami Yayuk lebih banyak. Sebab, kebun cengkih di belakang rumahnya lenyap tertimbun material longsor. Diperkirakan kerugian mencapai Rp 80 juta.
Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Ponorogo, Heri Sulistyono, menjelaskan, akibat hujan lebat Kamis lalu, longsor terjadi di tiga titik di Sooko. Versi BPBD, total kerugian yang diderita per KK berkisar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta.
Sebab, tidak seluruh bangunan rumah yang terdampak. Menurut Heri, wilayah Sooko rawan longsor karena kondisi geografisnya. Selain berbukit, jenis tanahnya merah. Jenis tanah itu mudah merekah dan larut ketika diguyur air dengan intensitas tinggi. "Curah hujan masih sangat tinggi. Mari waspada bersama. Biar tidak ada korban jiwa," pungkasnya. (mit/kun/beritajatim)
0 comments
Post a Comment