Friday, November 18, 2016

102 Warga Di Lereng Gunung Wilis Lebih Dari Sepekan Telah Mengungsi


Berita Ponorogo - Sebanyak 39 kepala keluarga atau 102 jiwa penduduk di lereng Gunung Wilis, masuk wilayah Desa Talun, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur sudah sepekan terakhir hidup mengungsi ke tempat aman.

Ini mereka lakukan akibat tanah tempat bangunan rumah mereka retak-retak besar, bergerak, kemudian disusul hujan deras sepanjang sore hingga malam serta adanya banjir lumpur.

“Mereka sudah mengungsi di tenda-tenda darurat sejak sepekan lalu di Posko Pengungsian Kantor Desa Talun. Jika tidak mengungsi, dikhawatirkan tanah mereka akan ambles dan tanah di atasnya longsor,” ujar Bedianto, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo yang dihubungi, Jumat (18/11) tadi pagi.

Mereka mengungsi pada waktu malam, sedangkan untuk pagi hingga sore mereka tetap bekerja seperti biasa, ada yang bertani di tanah persawahan dan perladangan mereka dan anak-anak tetap pergi sekolah seperti biasa.

Bedianto membenarkan, pengungsian itu dilakukan setelah warga melaporkan perisiwa tanah bergerak itu ke kepala desa (Kades) setempat dan diteruskan ke camat serta dikonfirmasi ke BPBD.

Sesudah dilakukan pengecekan lapangan baru diputuskan untuk mengungsi karena dikhawatirkan akan terjadi tanah longsor akibat curah hujan tinggi yang hampir sepanjang hari turun pada sore hingga malam hari.

“Mereka sudah delapan hari mengungsi. Mereka takut bencana alam tanah longsor dan banjir datang saat tengah beristirahat malam hari,” tandasnya lagi.

Berdasar pantauan BPBD Kabupaten Ponorogo serta pelaksana Pencegahan Bencana Alam Desa Talun, saat ini tanah pekarangan penduduk masih bergerak sebagaimana pernah terjadi sebelumnya. Bahkan BPBD sudah menetapkan status siaga sejak sepekan terakhir.

Selain itu, lanjut dia, intensitas hujan yang cukup tinggi menambah retak tanah semakin lebar ditambah terjadinya longsor di beberapa lokasi hampir setiap hari.

Bedianto mengatakan rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung memang di Desa Talun rawan longsor dan kondisi lereng Gunung Wilis tersebut masuk kategori tanah gerak. Sering terjadi longsoran batu besar bercampur tanah sejauh 500 meter dari tempat asalnya. Karena itu untuk intensitas curah hujan yang tinggi dalam beberapa waktu terakhir ini, keberadaan Posko Pengungsian Desa Talud masih diperlukan.

Minarti (45), salah seorang pengungsi berharap, mereka bisa mendapat bantuan untuk meringankan penderitaan tinggal di tempat pengungsian. “Tidak ada yang hidup tenteram di tempat pengungsian Mas,” akunya yang dihubungi terpisah semalam.

Bedianto berjanji akan mengupayakan tempat pengungsian tetap kondusif dengan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Guna meringankan beban penderitaan ke 39 KK warga Desa Talun itu, Pemkab Ponorogo sedang mengupayakan bantuan sembako dan air bersih. “Kami masih mengusahakannya,” tambah Bediono. [Suara Pembaruan/Aries Sudiono/JAS]

0 comments

Post a Comment